Kamis, 04 September 2008

THE "ANG" yeeep

THE "ANG"

Written by: Astari puspita inez

starstarstarstarstar

tembus menantang karang, karena banyak utang. mereka tidur terlentang, tangan melentang, kaki tertantang, mati mngambang. melawan rintangan yang tak tertantang, tangisan mengerang. kini usai sudah kamu mengarang, karena tak ada lagi kata kata yang terkarang. mengarah masa depan cemerlang, bagai pengarang terkenal di kalangan gelandang. tetapi tetap saja tak seterkenal ipang, ipang yang memelihara cupang. memang kami tak modal tampang. kami tak punnya uang. muka kami pun minta ditendang. demi menyosong matahari terang, mencari nafkah dengan berdagang, demi keluarga rela begadang. demi babang, yang mau terbang pake pesawat terbang. tapi ingat! guru kami pak bambang yang lahir di sabang tepatnnya di gudang ga bermaksud bangg..
aku suka ke karawang paling beli kacang atau lihat orang majang lukisan kijang . mataku kini berkunang kunang udah ngga bisa ngarang udah ya kang..

THE "UNG" ouu yeeaaah

THE"UNG"

Artist: Puspita Astari Mitha

starstarstarstarstar

aku berusaha menjadi patung
yang tak terhitung,
seperti palung yang diberi kalung.
maacan mulai mengaung,
suara mendengung.
aku mulai menghitung,
tapi ku tak bisa berhitung,
maka tak akan terhitung.
bagaimana ini bung?
perut ku kembung,
meelendung lendung
setinggi gedung
di bandung
yang tak punya ujung,
tak perlulah kau bendung.
kini awan mendung,
aku pun bersenandung.
dan lagi lagi aku tersanjung
dan tersandung
terkena batu diujung.
indung kepala indung,
aku pun merasa ada di hutan lindung
aman terlindung melindung
padahal lagi mendung.
aku menari saman dung tak dung
dengan kerudung
membawa tudung
sambil merenung.
jangan salahkan ibu mengandung.
karena kita tidak meminta untuk dikandung
walau mungkin idung mu melendung,
karna ibu yang berkerudung
tak punya idung.
tetapi, mereka tetap semangat di balik kerudung.
aku pun bingung.
kayak belatung.
tulung tuluuuuung!
aku melontang malantung.
di gunung gunung,
kumelihat penampilan si pitung
memakai payung
dengan dudung
yang aduhai bikin tersinggung.
mengingatkan aku dengan nona igun?(maksa)
yang bergaya di atas panggung
layaknya anak badung
seperti habis beli buku di gunung agung.
gunung gunung..
tak berkesinambung
dijaga mbah marijan penjaga gunung
kami pun mulai tidak nyambung!

THE "ONG"

THE "ONG"

Written by: Puspita Astari Mitha

starstarstarstarstar

anjing melolong
di malam gelap,
ruang hampa dan kosong.
aku mengumpat di balik kolong
ibu pun datang menolong
tapi tak kusangka ternyata celanaku bolong.
kata ibu kita harus menjadi penolong,
bukan penodong.
naik odong odong
dengan dompet yang kosong
sangat tidak enak dong.
kalo malam aku ingin melihat langit dengan teropong
di bosya yang kosong,
dilihat bintang yang songong.
salah kaka ku bicara songong.
dia bilang langit itu bolong!
tapi sayang, gigiku ompong
gimana dong?
aku ingin berteriak "betulin celana gua dong!"
tapi gak ada yang menolong.
mereka bilang aku bukan penolong
aku hanya lah penodong.
ohmaygod dong!
udel ku kini bodong.
tak ada dokter yang menolong.
inginku bermain biola bukan biodong.
aku pun tak kuasa ingin makan wortel yang terpotong potong.
kusuruh mama beli kedondong.
ayodong!
perutku sudah menodong.
jam berdenting dong dong dong,
bukan dang ding dong.
ternyata kupunya bakat nodong.
jangan lah kau bersuara karna ini sudah saat nya kitamakan baygon (Z)
kata ibu dulu aku suka di gendong,
apalagi di bedong
dideket gong.
sampai sampai bokong ku bolong.
tolong dong!
tau ngga? aku suka sup jengkol dan sup terong,
lalu aku suka belanja, kuborong,
ditemenin si bagong
sampai dompetku jebol dong.
kata bagong, "inyong suka tata yong soalnya monyong"
sekarang otakku mulai kosong
keasikan main odong odong
gimana dong?